Kamis, 25 April 2013

MULIANYA SEORANG ISTRI


Mulianya Seorang Istri
By. Muhammad Misdi Elyumna 

Sosok menjadi wanita hebat tentu akan menjadi impian setia kaum hawa. Seakan-akan dalam benak mereka, yang terlihat hanyalah “senangnya bila diriku termasuk menjadi wanita hebat”.  Hebat itu belum tentu mulia, akan tetapi bila menyandang predikat mulia biasanya anugerah gelar hebat akan bersandingan. Namun, yang sering terjadi siapapun, dimanapun, di akhir zaman ini, orang enggan berproses dan maunya instan langsung jadi. Lalu bagaimana caranya menjadi wanita mulia? Dan ada juga, kenapa wanita menjadi bermartabat rendah? Mari kita coba lihat dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Ketika berbicara tentang wanita sebagai seorang istri, tentu tidak bisa terlepas dengan atribut suami yang selalu mendampinginya. Sebagai suami atau bapak diberikan potensi lebih besar oleh Allah dari pada istri, karena mendapat amanah lebih besar yaitu sebagai pemimpin keluarga dan bertanggung jawab semuanya. Selain itu, seorang istri juga diberikan keutamaan dan kemuliaan yang tidak pernah akan dimiliki sebagai suami. Seorang istri yang mengurus semua keperluan dalam rumah tangga, mulai dari mencuci, memasak, mendidik dan membimbing anak-anak, dan lain sebagainya bekerja 24 jam full. Sang istri mutlak mendapat penghargaan dan apresiasi oleh suami agar saling terjadi keharmonisan keluarga. Akankah penghargaan dan apresiasi dari suami itu membanggakan dan sesuai yang diinginkan oleh istri? Ternyata belum. Karena suami adalah makhluk, maka suami juga tidak sempurna dan tidak akan mampu memberi penghargaan yang abadi dan membahagiakan. Maka janganlah mengharap kepada makhluk. Pasti akan kecewa. 

Maka wajar kalau dikatakan bahwa kesuksesan seorang pria itu lebih ditentukan dan didukung penuh oleh wanita dibelakangnya, yaitu istri sahnya. 

Sebagai seorang suami juga harus pandai menyikapi keadaan sang istri. Terkadang sikap dan impian emansipasi wanita di era sekarang tidak bisa dielakkan lagi. Sehingga keberadaannya  perlu diberi peluang untuk berkarya. Misal membuka bisnis online di rumah, home boutique, atau apapun bisnisnya itu. Sepanjang tidak mengganggu dan melalaikan tugas utama sebagai ibu rumah tangga. 

Menjemput pahala dengan jerih payah mengurus keluarga tentu tidaklah gampang. Karena zona pahala akan hanya dapat diperoleh dengan melalui zona ikhlas. Tidaklah akan diterima kerja dan ibadah seseorang jika tanpa didasari dengan ikhlas semata-mata mengharap ridho Allah. Mengharap ridho Allah semata akan bisa jadi jaminannya adalah surga. Itulah setinggi-tingginya penghargaan dari Allah kepada seorang istri yang sholehah dan ikhlas. Untuk meraih itu semua juga tidaklah mudah tentu melalui ujian, musibah, perbedaan pendapat, dan lain sebagainya. Jika ujian demi ujian dilalui dengan sabar dan tabah maka pantas keberkahan akan didapat. Bertanyalah pada diri Anda sendiri, benarkah aku wanita sholehah? Sudahkah aku ikhlas?

Namun sebaliknya, jika seorang istri tidak mampu memahami dan menyadari keberadaan dirinya,  tidak mampu untuk menyikapi dengan relax dan enjoy dari tugas-tugasnya, maka akan menjadi beban dan akan semakin berat setiap harinya. Jika mengarah kepada yang negatif biasanya akan timbul pertengkaran, berbeda pendapat, mengeluh atas kodrat kewanitaannya, atau lainnya maka pasti menimbulkan problem yang lebih besar lagi. 

Perbedaan cara dan pola dalam memandang kehidupan inilah yang biasanya sering timbul masalah. Dunia ini panggung sandiwara. Maka para pelakunya adalah hanya pemain yang bersandiwara juga. Ketika melihat dunia ini sebagai sandiwara, maka kehati-hatian dalam bersikap dan bertindak menjadi penting. Tegas dan bijak dalam memutuskan jauh lebih penting. Maka kerendahan hati dalam bersikap, menyadari dan mengoptimalkan potensi dahsyat sebagai khalifah di muka bumi ini adalah pertama dan yang paling utama.   

wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar