Mulianya Seorang Istri
By. Muhammad
Misdi Elyumna
Sosok menjadi wanita hebat tentu
akan menjadi impian setia kaum hawa. Seakan-akan dalam benak mereka, yang
terlihat hanyalah “senangnya bila diriku termasuk menjadi wanita hebat”. Hebat itu belum tentu mulia, akan tetapi bila
menyandang predikat mulia biasanya anugerah gelar hebat akan bersandingan.
Namun, yang sering terjadi siapapun, dimanapun, di akhir zaman ini, orang
enggan berproses dan maunya instan langsung jadi. Lalu bagaimana caranya
menjadi wanita mulia? Dan ada juga, kenapa wanita menjadi bermartabat rendah?
Mari kita coba lihat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ketika berbicara tentang wanita
sebagai seorang istri, tentu tidak bisa terlepas dengan atribut suami yang
selalu mendampinginya. Sebagai suami atau bapak diberikan potensi lebih besar oleh
Allah dari pada istri, karena mendapat amanah lebih besar yaitu sebagai
pemimpin keluarga dan bertanggung jawab semuanya. Selain itu, seorang istri juga
diberikan keutamaan dan kemuliaan yang tidak pernah akan dimiliki sebagai
suami. Seorang istri yang mengurus semua keperluan dalam rumah tangga, mulai
dari mencuci, memasak, mendidik dan membimbing anak-anak, dan lain sebagainya
bekerja 24 jam full. Sang istri mutlak mendapat penghargaan dan apresiasi oleh
suami agar saling terjadi keharmonisan keluarga. Akankah penghargaan dan
apresiasi dari suami itu membanggakan dan sesuai yang diinginkan oleh istri? Ternyata
belum. Karena suami adalah makhluk, maka suami juga tidak sempurna dan tidak akan
mampu memberi penghargaan yang abadi dan membahagiakan. Maka janganlah
mengharap kepada makhluk. Pasti akan kecewa.
Maka wajar kalau dikatakan bahwa
kesuksesan seorang pria itu lebih ditentukan dan didukung penuh oleh wanita
dibelakangnya, yaitu istri sahnya.
Sebagai seorang suami juga harus
pandai menyikapi keadaan sang istri. Terkadang sikap dan impian emansipasi
wanita di era sekarang tidak bisa dielakkan lagi. Sehingga keberadaannya perlu diberi peluang untuk berkarya. Misal
membuka bisnis online di rumah, home boutique, atau apapun bisnisnya itu.
Sepanjang tidak mengganggu dan melalaikan tugas utama sebagai ibu rumah tangga.
Menjemput pahala dengan jerih payah
mengurus keluarga tentu tidaklah gampang. Karena zona pahala akan hanya dapat
diperoleh dengan melalui zona ikhlas. Tidaklah akan diterima kerja dan ibadah
seseorang jika tanpa didasari dengan ikhlas semata-mata mengharap ridho Allah.
Mengharap ridho Allah semata akan bisa jadi jaminannya adalah surga. Itulah setinggi-tingginya penghargaan
dari Allah kepada seorang istri yang sholehah dan ikhlas. Untuk meraih itu
semua juga tidaklah mudah tentu melalui ujian, musibah, perbedaan pendapat, dan
lain sebagainya. Jika ujian demi ujian dilalui dengan sabar dan tabah maka pantas keberkahan akan didapat. Bertanyalah pada diri Anda sendiri, benarkah aku wanita
sholehah? Sudahkah aku ikhlas?
Namun sebaliknya, jika seorang
istri tidak mampu memahami dan menyadari keberadaan dirinya, tidak mampu untuk menyikapi dengan relax dan
enjoy dari tugas-tugasnya, maka akan menjadi beban dan akan semakin berat
setiap harinya. Jika mengarah kepada yang negatif biasanya akan timbul
pertengkaran, berbeda pendapat, mengeluh atas kodrat kewanitaannya, atau
lainnya maka pasti menimbulkan problem yang lebih besar lagi.
Perbedaan cara dan pola dalam
memandang kehidupan inilah yang biasanya sering timbul masalah. Dunia ini
panggung sandiwara. Maka para pelakunya adalah hanya pemain yang bersandiwara
juga. Ketika melihat dunia ini sebagai sandiwara, maka kehati-hatian dalam
bersikap dan bertindak menjadi penting. Tegas dan bijak dalam memutuskan jauh
lebih penting. Maka kerendahan hati dalam bersikap, menyadari dan
mengoptimalkan potensi dahsyat sebagai khalifah di muka bumi ini adalah pertama
dan yang paling utama.
wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar