Bila
Beras Gak Jadi Nasi.
By Muhammad Misdi
Elyumna
Ada
pepatah Jawa …bila nasi sudah menjadi
bubur…. Kalau sudah komit ya jangan komat kamit. Kira-kira begitu makna
tersiratnya. Jebur aja langsung jangan tanggung-tangung. Kalau tanggung2 ya
hasilnya tanggung juga.Mentah.! Namun bagaimana bila terjadi beneran, seorang
ibu rumah tangga ketika ingin mempersiapkan sarapan pagi, ternyata beras yang
dimasak tiba-tiba saja nggak mateng. Masih mentah. Nglethis…gitu kata orang jawa.
Ada
kisah beneran yang menceritakan tentang masalah nasi. Suatu ketika ada ibu
rumah tangga yang sedang menunaikan tugas paginya. Cuci baju, cuci piring, siap
memasak nasi untuk sarapan bersama. Anehnya, ketika sudah siap-siap mau sarapan pagi, ternyata nasi itu
gak matang. Matang separoh. Masih nglethis..
Dicoba untuk dimasak lagi dengan ditambah air. Sayang kalau arus dibuang. Setelah
ditunggu cukup lama, ternyata tetap saja gak bisa jadi nasi yang matang secara
sempurna. Terpaksa harus dibuang.mudah-mudahan ada yang binatang yang makan.
Diawal
paginya, memang sudah terjadi percekcokan keluarga. Malam hari sudah kesal.
Ternyata berlanjut hingga pagi hari, katanya. Dimulai rasa marah, ngomel,
menggerutu, dongkol, jengkel, entah masalahnya yang tidak diketahui. Sampailah
pada ketika saat mencuci beraspun dalam keadaan dongkol, marah, dan menggerutu.
Dan ketika meletakkan beras pada rice cooker-pun tanpa membaca bismillah. Namun justru semakin dongkol
dan ngomel-ngomel. Ternyata disitulah letak permasalahan yang mengantarkan
kejadian nasi gak matang. Masak nasi diomelin dengan kata yang jahat dan hati
yang jengkel. Ternyata berdampak luar biasa pada nasi tersebut. Subhanallah..
Sahabat,
ucapan kita adalah doa kita. Apapun alasannya dan apapun bentuknya. Sadar atau
lalai maka semua dimulai dari prasangka hati dan disampaikan dalam ucapan.
Ucapan itulah karakter yang membentuk diri kita. Prasangka baik itu berpahala.
Tapi ternyata kita lebih memilih berprasangka buruk. Maka buruklah jadinya.
Denny
Wijaya, seorang Motivator dan Practitioner NLP pernah melakukan uji coba. Pada
waktu itu diseminarkan sebagai bagian dalam materi tentang kekuatan kata dan doa. Dia mengambil tiga bungkus
nasi matang. Dibungkus dalam plastik. Sebelum diikat, bungkus plastik yang
pertama diucapkan …aku mencintai kamu.Lantas
dibungkus dalam plastik dan disimpan dalam seminggu. Bungkusan nasi kedua,
diucapkan …aku benci kamu.Lantas
diikat dan disimpan. Bungkusan yang ketiga tanpa diucapkan sepatah katapun.
Alias dibiarin saja. Langsung dibungkus. Selesai.
Ketika
sudah seminggu, ternyata bungkusan plastik nasi pertama kering biasa dan baik.
Bungkusan kedua justru busuk tapi tidak berjamur. Kesan yang timbul adalah
bahwa walaupun kita dicaci maki, dikritik oleh banyak orang, ternyata justru
membuat kita bisa bangkit dan termotivasi untuk berubah. Sehingga tidak
semestinya kritikan itu menhancurkan. Namun justru membuat bangkit dan berubah.
Bungkusan yang terakhir kelihatan busuk, berjamur, dan bau. Ternyata dalam
hidup ini lebih sengsara dan menderita bila kita tidak pernah dipedulikan oleh
orang lain. Tidak ditegur, tidak disapa dan tidak dihiraukan. Barangkali lebih
menyakitkan dari pada kritikan dan cacian. Inilah faktanya.
Sahabat,
hikmah yang dapat kita ambil adalah;
1.
Sudah
jelas bahwa jengkel, emosi, marah, iri, dengki dan dongkol itu aura negative.
Berpengaruh jahat pada yang bersangkutan dan orang lain lawan bicara. Sudah
karakter yang tidak produktif, tapi justru masih saja disimpan didalam hati.
Masih sayang tidak mau dilepas dalam diri.
2.
Kata
dan ucapan adalah do’a. Apapun yang keluar dari lisan kita, itu pasti memberi
makna. Karena per-kata adalah sebuah rangkain kalimat. Sehingga menimbulkan
makna. Tidak perlu berdiam diri. Namun jaga kata dan do’a. Jadi belajarlah
berucap dan berkata yang santun, bermaknadanmemotivasi. Bersyukur bila kita mampu
memberi kata dan do’a yang inspiratif.
3.
Jadilah
insan 5B: insan yang selalu Berubah, Berbuat, Berbenah, Berkarya dan
Bermanfaat. Agar kita selalu menjadi
bagian yang bermanfaat, maka menciptakan keberkahan dan keberlimpahan. Tidak
perlu menunggu ajakan orang lain. 5B adalah salah satu langkah jitu. Nah,
action kitalah yang membuat hebat 5B itu.
Kita
tidak perlu menjadi HEBAT untuk bisa memulai sesuatu. Tapi kita harus MEMULAI
sesuatu untuk menjadi HEBAT. Mulailah dengan melakukan apa saja yang BAIK,
PERLU, lalu yang BISA, dan tanpa disadari kita sedang melakukan hal yang LUAR
BIASA.
Salam Sukses Berkah
Berlimpah.
Tunggu kami di kota Anda,
dalam Seminar Rahasia SUKSES BERKAH BERLIMPAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar