Senin, 20 Mei 2013

Mampukah Kita Menjadi Memberi Rahmat?


Mampukah Kita Menjadi Memberi Rahmat? 
by Muhammad Misdi Elyumna

Manusia tidak bisa lepas dari pada orang lain sebagai bagian interaksi sosial dan komunikasi di antara keduanya. Maka itu disebut sebagai sebuah komunitas atau masyarakat. Yang satu mampu membantu yang lain, dan yang lainnya berterima kasih atas bantuan dan rasa kebersamaannya. Maka disitulah akan dapat dilihat secara nyata, bahwa keberadaan manusia kodratnya adalah saling membutuhkan dan saling memberi. Itulah Dzat Allah Yang Maha Merahmati hamba-hambanya. Sehingga sifat-sifat-Nya mampu menembus jiwa dan perilaku hamba-hambanya kepada yang lain.

Ketika seseorang merasa memiliki kelebihan dan kecukupan, sehingga merasa tidak membutuhkan orang lain dalam segala aktifitasnya, maka orang tersebut sudah menyalahi kodrati dan sunnatullah. Bisa jadi bila demikian kuatnnya merasa kebutuhannnya sudah tercukupi dan merasa tidak membutuhkan orang lain, maka sesungguhnya dirinya akan dipengaruhi oleh bisikan syaitan yang dianggap sebagai tuhan kecil yang tanpa dia sadari sepenuhnya.

Rahmat Allah bertebaran di muka bumi ini tanpa terbatas oleh ruang dan waktu, juga tidak terbatas oleh ruang jarak dan tempat. Keberadaannya dimaksudkan agar menjadi manfaat tidak hanya bagi dirinya, namun juga agar menjadi manfaat besar bagi orang lain.

Begitu juga, Nabi Muhammad Saw diutus ke bumi ini, salah satunya untuk memberi dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Apa buktinya;  Dikisahkan oleh para ulama bahwasannya ada seorang sedang menggembala kambing dalam jumlah yang cukup banyak dan saat itu sedang kelelahan  dan tertidur. Tiba-tiba terbangun, akibat ulah srigala yang akan memangsa salah satu kambing miliknya. Terbangunnya sang penggebala, membuat batalnya srigala mendapat rezeki seekor kambing kecil. Ketika srigala hendak diusir, justru mendatangi si penggembala dan berucap layaknya kata-kata manusia. Kaget bukan kepalang.

Srigala bilang kenapa engkau wahai penggembala sibuk mengurusi kambing ini setiap hari, sementara dibalik gunung ini terdapat seorang Nabi dan Rasul yang diutus untuk memberi kabar gembira dan rahmat bagi setiap manusia. Menyeru untuk menyembah Tuhan Allah, tiada tuhan selain Dia. Lantas kalau aku pergi ke balik gunung tersebut, siapakah yang menjaga kambing-kambingku ini? Srigalapun sanggaup berjanji dan menjaga sanggup menjaganya serta tidak akan dimakan atau hilang satupun.

Si penggembala bertemu dan menyatakan keimanannya kepada Nabi Muhammad Saw, sekaligus berjanji untuk taat kepada Allah dan Rasuln-Nya. Setelah sampai kembali, ternyata tidak satupaun kambing itu hilang atau dimakan oleh srigala tersebut. Dengan kejadian yang luar biasa inilah akhirnya srigala diberikan seekor kambing untuk disantap sebagai rasa terima kasih dan rasa syukurnya kepada Allah atas keimananya.
·   Terutusnya Nabi Muhammad Saw mampu memberi manfaat besar tidak hanya kepada manusia, namun juga kepada binatang.
· Pepohonan dan binatang bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw, ketika beliau sedang lewat di sampning. Namun pendengaran ini hanya khusus bagi beliau saja.
·   Seekor srigala mampu menjadi jembatan jalan yang benar dan lurus bagi manusia kepada Nabi dan Tuhannya.
·  Pernahkah dan mampukah saya, Anda, kita semua menjadi jembatan terhubungnya manusia menjadi sadar kepada tuhannya? Mengantarkan dan memberi inspirasi hingga membuat perubahan dalam dirinya? Atau mampukah menyadarkan manusia yang lain akan kemajuan dalam beribadah  dan ketaatan kepada-Nya?
·  Srigala saja bisa amanah menjaga kambing-kambing tersebut, walaupun sangat lapar. Lantas kenapa kita tidak bisa amanah menjaga tubuh, badan, hati, lisan, dan diri kita ini?

Belajarlah sekarang juga untuk menjadi pemberi rahmat dan pencerahan bagi yang lain, layaknya srigala yang amanah dan telah memberi manfaat besar bagi si penggembala.


Semoga menginspirasi kita semua untuk menjadi yang terbaik. 
Salam Sukses Berkah Berlimpah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar